Berhubung lagi musim duren, sy jadi inget duren Baduy yang rasanya legit. Ehh tapii… sy bukan mau bahas tentang duren, sy hanya ingin menceritakan sedikit pengalaman sy waktu wisata ke Baduy luar.
Seperti biasa, sy n suami sering nge-trip kedaerah2 yang belum pernah kita kunjungi. Biasanya ga pake persiapan khusus, yang penting jalan, entah ujungnya bisa dicapai atau tidak. Bahkan saat ke Baduy ini sy hanya pake sandal jepit dan baju yang kurang cocok untuk trekking.. 😀
Rute yang kita lalui dari Bogor sampai ke terminal Ciboleger bisa diliat pada foto di bawah ini.


Kalau soal Baduy pasti sudah banyak yang tau kalau suku Baduy (Badui menurut eyd) terbagi menjadi 2 kelompok, ada Baduy Dalam dan Baduy Luar. Tak banyak orang yang bisa masuk ke Baduy Dalam, rata2 wisatawan hanya bisa mengunjungi wilayah Baduy Luar. Sebenernya sy ke Baduy hanya ingin tau dan membuktikan, apakah yang sy dengar selama ini memang benar, bahwa orang Baduy masih memegang adat istiadat, mereka hidup tanpa listrik, tanpa teknologi dan tidak terpengaruh oleh dunia luar.
Saat sampai di Terminal Ciboleger, pemandangan yang langsung menarik buat saya adalah deretan kios penjual duren. Sayang sy tidak sempat mengabadikan lewat foto. Yang pasti saya sedikit kaget melihat pemandangan itu.. “ko di Baduy banyak duren ya?!”.. kalau banyak kios yg berjualan duren, artinya akan banyak pengunjung yang akan membeli duren tsb. Terus terang sy tidak mencari info atau referensi sebelum datang kesini. Jadi bener2 ga tau apa yang akan sy liat, saya saksikan, bahkan apa yang akan sy makan… heeee.
Lagi asyik liat duren yang montok2, ada orang yang menghampiri, “mau ke Baduy ya?” tanya dia. “Mari Saya antar.” lanjutnya. Pikiran sy masih berkecamuk soal duren. “Hmm nih duren pikabitaeun pisan… tapi hari masih pagi, mana mungkin langsung makan duren.” kata saya dalam hati. Suami sy pun akhirnya ngobrol kecil dengan si akang yg tadi nawarin diri jadi guide. Saya pun bertanya mengetai trek kesana, berhubung saya pake sandal jepit… 😀

Kita pun terus berjalan sambil sesekali cekrak cekrek moto yg dirasa cukup menarik. Ada anak2 kecil yg sedang bermain dengan bertelanjang kaki. Ehh rupanya sy masih mending pake sandal jepit, meraka malah tanpa alas kaki berjalan dan berlari kesana-kemari. Perjalananpun terus dilanjutkan, sampai pada titik yang cukup jauh tiba2 c guide berbicara mengenai tarif mereka. Nah loh “mereka”. Rupanya dari tadi ada 2 orang yg ngikutin kita dan mereka juga mau dibayar sebagai guide…. 😀 Saya pikir mereka bukan guide, sy pikir orang2 tersebut memang tujuannya sama akan ke kampung Baduy. Akhirnya kita nego2, dan kita pikir cukup satu orang saja yang menjadi guide… masa kita cuma berdua guidenya sampe 3 orang… 😀 Setelah deal barulah perjalanan dilanjutkan.
Banyak juga informasi yg diberikan oleh si akang guide. Dari mulai pemenuhan kebutuhan pokok penduduk Baduy dengan cara bercocok tanam padi huma, yang kemudian hasilnya disimpan dilumbung2 yang tersedia dibeberapa tempat. Lalu ada pengrajin tenun yang hasil tenunnya dijual ke wisatawan yang datang. Selain itu wilayah Baduy juga merupakan penghasil madu, asam dan durian, dan buah durian ini sudah diperjualbelikan sampai ke Jabodetabek bahkan sampai ke ke Indramayu.





Informasi lain adalah mengenai adat istiadat yang memang masih dipegang teguh oleh orang Baduy, terutama Baduy dalam. Sedangkan Baduy luar sedikit lebih moderen dan terbuka untuk wisatawan, walaupun masih belum menggunakan listrik, bahan kimia serta banyak yang masih belum bersekolah. Pakaian adat orang Baduy luar berwarna hitam dan biru tua. Sedangkan agama yang dianut sebagian besar Islam dan adapula sunda wiwitan. Kalau ga salah itu agama nenek moyang, nyokap mah bilangnya Islam kepercayaan, maksudnya Islam tapi masih melakukan ritual2 kepercayaan yang biasa dianut oleh agama Hindu. Terjawab sudah pertanyaan dibenak saya selama ini, dan sebagian besar memang benar berita2 yang ada diluar mengenai orang Baduy.. No Hoax hehe.




Perjalan menuju Gajeboh rupanya lumayan jauh, tapi cukup menyenangkan buat saya yg suka trekking. Kadang diselingi istirahat, foto2, dan sempat sholat waktu arah pulang. Gajeboh merupakan jembatan bambu yang biasa menjadi tujuan wisata bila kita mengunjungi Baduy Luar di wilayah kampung Marengo. Rumah penduduk dari kayu berderet hadap2an dan rumah ini terkadang dijadikan penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap di kampung Marengo Baduy.





Itulah pengalaman saya berkunjung ke Baduy Luar lebih tepatnya ke Gajeboh. Tanpa terasa panjang juga cerita saya hehe. Tapi pengalaman ini memang cukup menyenangkan dan menyentuh buat saya, selain dapat pengetahuan, cara hidup sederhana yang mereka jalani adalah contoh yang baik, sepertinyaaa sudah waktunya saya kembali ke alam.